Penyokong ekonomi masyarakat dataran tinggi dengan sistem tumpang sari ubi jalar dan tomat

 

alamtani.com

Memiliki tanah subur menjadikan lahan di dataran tinggi sangat cocok ditanami berbagai jenis tanaman, hal itu tidak di sia-siakan oleh masyakat untuk bertani menanam tanaman yang sesuai dengan kondisi di daerahnya. Sebagian dari masyarakat dataran tinggi banyak yang menanam sayur-mayur dan berbagai jenis buah-buahan, namun dari berbagai masyarakat ada juga yang menanam ubi jalar. Mereka mengkombinasikan tanaman utama ubi jalar dengan berbagai jenis sayur termasuk tomat yang biasa disebut dengan sistem penanaman tumpang sari. Berikut ini penjelasan dari ubi jalar yang dibudidayakan pada dataran tinggi di daerah Tawangmangu :

1. Pengertian Ubi Jalar

Ubi jalar merupakan tanaman yang mudah di budidayakan di daerah dataran tinggi, dengan biyaya budidaya yang relatif rendah dan tidak  memerlukan perawatan yang terlalu sulit membuat ubi jalar sangat di gemari petani di daerah dataran tinggi. Salah satu jenis ubi yang menjadi favorit para petani yaitu jenis ubi jalar manohara, yang memiliki keunggulan menghasilkan umbi 1-5 buah per batangnya yang memiliki berat satu buahnya hingga 2-4 kg

2. Proses tanam.

Pembuatan bibit dari ubi jalar sendiri juga tidak memakan banyak biaya, dengan menggunakan sistem stek pada batang ubi jalar kita sudah dapat menghasilkan bibit yang baik  dan berkualitas. ubi jalar juga tidak membutuhkan banyak pupuk , dengan menggunakan pupuk ponska dan TS sudah dirasa sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ubi jalar jenis manohara ini. Umur yang relatif  pendek sekitar 4 bulan setelah tanam menjadikan ubi jenis ini memang digemari  para petani.

Nah,  para petani tidak hanya berfokus pada lahan yang ditanami ubi  jalar saja namun mereka  memanfatkan peluang untuk menggunakan sistem tumpangsari dengan tanaman tomat. Tanaman tomat dirasa sangat cocok di campur dengan ubi jalar, karena pada dasarnya ubi jalar yang di manfaatkan adalah umbinya yang berada di dalam tanah. Dengan menggunakan sistem tumpangsari ubi jalar dan tomat akan menambah pendapatan masyarakat.

Sama seperti ubi jalar, tomat juga tidak terlalu membutuhkan banyak perawatan maupun pemupupukan. Tomat juga sudah dapat di panen 60-100 hari sejak mulai tanam, hal itu biasanya di gunakan masyarakat  sebagai penyokong kebutuhan sebelum tanaman ubi jalar mereka panen. Tomat sendiri tidak masak secara bersamaan, sehingga para petani dapat panen dan menjualnya sedikit demi sedikit sesuai tomat yang masak.

3. Pengendalian hama

Ubi jalar pada umumnya sama seperti tanaman lain yang memiliki bebrapa hama pengganggu tanaman, untuk penyerangan tanamannya pun beragam dimulai daru daun yang berbintil-bintil, umbi yang keropos, dan banyak lagi. Biasanya pada ubi jalar ditemukan hama yang disebut ulat grayak, ulat grayak ini sendiri berada didalam tanah, ia menyerang bagian umbi dan daun yang mengakibatkan berkurangnya kualitas pada ubi jalar. Masalah tersebut dapat ditangani dengan menyemprot pestisida yang tersedia di toko pertanian atau mengambil ulat tersebut secara manual.  Pengendalian gulma yang tumbuh di sekitaran area penanaman juga diperlukan agar lahan terlihat bersih dan tidak mengganggu pertumbuhan dari tanaman.

 

4. Cara pemanenan

Pada saat ubi jalar sudah masuk wakatunya untuk panen dan tomat juga sudah berada dalam fase dimana sudah tidak produktif berbuah. Sehingga tidak akan merugikan satu dengan yang lain. Dalam pamanenan ubi jalar, petani biasanya membutuhkan 4-8 orang untuk menggali ubi dan biasanya sudah di tebas oleh para pemborong. Seperempat hektar lahan yang di tanami ubi jalar masyarakat bisa mendapatkan  panen hingga 4-6 ton.

5. Tahap pemasaran

Untuk pemasarannya sendiri dilakukan dengan cara menyetor pengepul, disini mungkin akan terdapat perbedaan harga setiap waktunya sebab  untuk pasokan ubi sendiri tergantug pada kebutuhan pasar. Untuk harga dari petani bisa dibandrol dengan harga kisaran 2500 per kilo nya, atau mungkin berbeda dengan daerah lainnya karena faktor harga belum pasti di patok. Dengan tumpang sari dari ubi jalar dan tomat ini menambahkan nilai jual, sebab dikala tomat memasukii masa panen bisa menambah beberapa nilai jual dengan penggabungan panen dari ubi jalar itu sendiri. Disinilah terdapat kekurangannya dari sistem pertanian Indonesia dengan proses akhir menyetor pengepul, para petani mungkin mendapatkan kerugian sebab penentuan harga tidak sesuai dengan modal penanaman, ini tugas bagi para penerus bangsa untuk memperbaiki sistem penjualan dari petani agar tidak selamanya para petani itu dimanfaatkan oleh pengepul dan mendapatkan nilai banding yang menguntungkan bagi para petani.

 

Baik itulah pembahasan dari ubi jalar yang sempat saya teliti dari petani yang berada di Tawangmangu, mungkin cukup rumit ketika mempraktekannya, tetapi janganlah patah semangat sebab tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan. Cukup sekian pembahasan pada kali ini, jika terdapat kekurangan mohon disampaikan di kolom komentar demi kesempurnaan blog ini. Semoga bermanfaat dan terimakasih atas kunjungannya.